Home > Kabupaten Sragen > Sejarah Kabupaten Sragen
Sejarah Kabupaten Sragen
Posted on Rabu, 11 Januari 2012 by Bara Mukthi Pratama
SEJARAH PEMERINTAHAN
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor: 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon tanggal 27 Mei 1746. Tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.
KRONOLOGI DAN PROSESI
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Sering kita kenal dengan Perang Mangkubumen (1746-1757). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda bersama pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati. Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor: 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon tanggal 27 Mei 1746. Tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.
KRONOLOGI DAN PROSESI
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Sering kita kenal dengan Perang Mangkubumen (1746-1757). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda bersama pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati. Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.
Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni
Surakarta–Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman,
kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak
disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko. Sejak itu Pangeran Sukowati
memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati,
Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng,
Lajersari dan beberapa desa Lain. Pangeran Sukowati menugaskan
Panembahan Puger untuk bergerak ke Utara Bengawan Solo, yaitu: Lawang,
Suatu, Sukodono, Gesi, Jenar, Wirosari, Selo, Teras, Karas, Glagah,
Gawan, Galongan, dan lain-lain. Pusat pemerintahan Projo Sukowati di
desa Gebang yang semakin kuat, tercium oleh Kompeni Belanda yang
bekerjasama dengan Kasunanan akan mengadakan penyerangan ke Desa Gebang,
rencana tersebut diketahui petugas “Telik Sandi” dari Pangeran
Sukowati. Selama tiga hari pertempuran hebat terjadi, pasukan dari
Pangeran Sukowati memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang. Dengan
berbagai pertimbangan dan untuk menjauhkan diri dari Kasunanan maka
pusat pemerintahan akan dipindahkan ke Desa Jekawal, Tangen.
Dalam proses boyongan dari Gebang ke Jekawal tersebut, melewati
Padepokan Kyai Srenggi. Pada saat Pangeran Sukowati singgah di Padepokan
tersebut, Kyai Srenggi menjamu atau menyuguhi LEGEN dan POLOWIJO.
Setelah Pangeran Sukowati dan pasukannya merasa sangat puas, beliau
berkata bahwa tempat tersebut diberi nama “SRAGEN” dari kata “PASRAH
LEGEN”. Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar
Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni
Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said (Pangeran Samber
Nyowo), KRT Martapura atau Adipati Grobogan, dan kerabat yang bersimpati
dengan perjuangan Pangeran Sukowati, yang berakhir dengan perjanjian
Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari,
yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran
Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga
tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati
Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Selanjutnya pada tanggal 27 September 1830 terjadilah Perjanjian antara
Paku Buwono VII dengan Hamengku Buwono V dan akhirnya daerah Sukowati
masuk wilayah Kasunanan Surakarta. Dalam suatu Pisowanan Agung di
Keraton Kasunanan Surakarta KRT Kartowiryo dapat menyerahkan
pusaka-pusaka keraton yang hilang saat perang Pecinan di Kartosuro.
Karena sangat bergembira mendapatkan kembali pusaka-pusaka yang sudah
lama hilang dan sebagai penghargaan atas jasa KRT Kartowiryo, maka sejak
saat itu daerah Sukowati di serahkan kepada KRT Kartowiryo sebagai
daerah “Perdikan” (Daerah Bebas Pajak). Selanjutnya sejak tanggal 12
Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat
Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi
Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu
Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk
salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 Juni 1847 oleh Sunan Paku
Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta Baron dee Geer ditambah
kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut
Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32
Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan
Kabupaten, dimana Bupati Polisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon,
Panewu, Rangga dan Kaum. Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi
Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik
Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang. Selanjutnya sejak
Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus
dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Polisi
Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini
ditetapkan pada jaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun
1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang
melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan. Dan Akhirnya memasuki
Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia, Kabupaten Pangreh Praja
Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
YANG MENJABAT BUPATI SRAGEN
- KRT Sastrodipuro Periode Tahun 1884–1861
- KRT Wiryodiprodjo (Cucu KRT Kartowiryo) Periode Tahun 1861–1903
- KRMT Panji Sumonegoro (Cucu KRT Wiryodiprodjo) Periode Tahun 1903–1933
- KRMAA Yudonegoro Periode Tahun 1933–1939
- KRMT MR Wongsonagoro Periode Tahun 1939–1944
- KRMT Darmonagoro Periode Tahun 1944–1946
- KRMT Panji Mangunagoro Periode Tahun 1946–1950
- R Soeprato Periode Tahun 1950–1959
- M Mustadjab Periode Tahun 1959–1967
- Suwarno Djoyomardowo, SH Periode Tahun 1967–1973
- Sri Nardi Periode Tahun 1973–1974
- Ymt Drs, Hartono Periode Tahun 1974–1975
- Sayid Abas Periode Tahun 1975–1980
- Suryanto PA Periode Tahun 1980–1990 ( Dua Periode selama 10 tahun )
- R Bawono Periode Tahun 1990 2000 ( Dua Periode selama 10 tahun )
- Plh Ir. Sudjadi (Pembantu Gubernur Surakarta) Periode Tahun 2000–2001
- H. Untung Wiyono Sukarno dan Wakil Agus F Periode Tahun 2001–2011 ( Dua Periode selama 10 tahun )
Nah kemudian, pertanyaannya adalah: Apa yang kita dapatkan dari
refleksi perjalanan ini.. jiaah kayak Lagunya Om Ebiet, perjalanan ini..
khususnya saya sebagai anak muda. Ada satu tulisan dari Bapak Rhenald
Kasali, Ketua Program MM Universitas Indonesia Dalam Harian Seputar
Indonesia, Kamis 13 Mei 2010, Halaman VIII Kolom 6-7.
Category Article Kabupaten Sragen
Bara Mukthi Pratama. Diberdayakan oleh Blogger.
Categories
- Blogger (1)
- Kabupaten Sragen (3)